Anxiety

Ada pertanyaan imajinasi yang muncul di benak saya dalam lamunan. Saya bersikap sopan di depan orang tua atau orang yang saya hormati, saya bersikap sesukanya bahkan omongan saya cukup kasar ketika sedang bersama teman sebaya, bahkan ketika sendiri pun, saya memiliki sifat unik sendiri. Saya jadi berpikir, 'saya' yang sebenarnya itu yang mana sih? apa yang sopan, apa yang suka suka, atau sifat ketika sendirian. 


Tulisan saya mungkin ngga jelas dan susah dipahami. Saya susah sekali meramukan apa yang ada dikepala saya kepada tulisan. Tapi mau gimana lagi, anggap saja tulisan ini sebagai muntahan saya yang mau tidak mau harus keluar. Maaf kalau yang baca terciprat muntahan saya ini.

Balik ke topik, kalau mau dianalogikan, saya itu berwarna hijau ketika berhadapan dengan orang tua saya, saya berwarna kuning ketika berinteraksi dengan orang asing, dan saya berubah menjadi warna merah ketika bersama teman sebaya. Saya tidak bisa seperti misal Sujiwo Tejo yang berwarna biru dimanapun dan dengan siapapun dia berhadapan. Yang jadi pertanyaan saya adalah, warna saya yang sesungguhnya itu apa? kenapa saya tidak tahu warna saya sendiri.

Kalau mau dirangkum, mungkin saya ini seorang pengecut yang tidak bisa jujur dengan diri saya sendiri. Saya tidak tau kenapa saya bisa menjilat ke seseorang dan di waktu yang sama mengutuk orang lain yang sukanya menjilat atasannya sendiri. Ada perasaan dalam diri saya sendiri yang sulit sekali dijabarkan, seperti api hitam yang ketika digenggam terasa lembek seperti agar agar yang sudah basi. Ingin sekali menghilangkan rasa itu tapi sudah terlanjur menempel dan membuat tidak nyaman pada kulit.

Setelah saya dijahati sejahat-jahatnya oleh seseorang sekitar dua tahun lalu. Apa yang menjadi 'saya' seperti berubah. Kembali melihat dunia setelah memiliki rasa sedih dan marah dan kecewa sebesar-besarnya, saya memiliki perspektif baru. Pencarian untuk mencari 'saya' tidak lagi diteruskan, saya menjadi bunglon yang memakai topeng tersenyum. Menjadi aktor yang menyembunyikan perasaan sebenarnya untuk berakting sesuai keadaan. Walaupun demikian, saya masih tidak tahu apakah itu sudah cukup untuk memenuhi ekspektasi orang-orang yang hadir dalam hidup saya.



32 komentar
  1. Hhhhmmm. Aku percaya kalau semua orang punya Dark Side mereka masing-masing. Beberapa yang sudah saya dengar adalah bahwasannya Dark Side ini seringnya muncul ketika kita terlalu fokus membentuk citra diri sesuai dengan Citra Ideal yang diharapkan.. Sulit memang hidup dalam ruang lingkup sosial.

    Jadi, saya rasa ada lebih baiknya jika kita mulai memenuhi dan mengenali yang ada dalam diri kita sebelum orang lain...
    dan mengingat bahwa Sebaik-baiknya manusia adalah Menjadi manusia yang benar-benar memanusiakan manusia.. 😁

    BalasHapus
  2. Hmmmmmm, sebuah tulisan yang layak buat direnungkan. jujur, sepertinya saya pun sama dengan kak 'saya' (habis baca postingan "Menceritakan Si Jalmi", maaf kalau aku salah manggilnya kakak dengan kakak 'saya') yang menjadi hijau saat dihadapan orang tua, menjadi kuning dihadapan orang asing dan menjadi merah dihadapan teman sebaya terutama sahabat dekat. Apa jangan-jangan aku dan kak 'saya' adalah pelangi? haha mungkin saja kan??

    Aku suka banget dengan konsep blog kakak 'saya', kuharap ke depannya bakal lebih semangat lagi nge-blognya. Aku menantikan cerita-cerita kakak 'saya' dan kak Jalmi ^^. Salam kenal~

    BalasHapus
  3. Setiap manusia itu lahir dalam gendrenya masing-masing, Mas Arief. he he ...

    BalasHapus
  4. tiap orang punya baik, jelek, sopan dalam diri mas, jadi wajar aja nenurutku :D

    BalasHapus
  5. Kalau aku mikirnya, kita punya sifat tersembunyi yang akan muncul saat terdesak. Sudah minta bantuan sama ahlinya belum? Biar lebih plong aja

    Masa lalu gak bisa dilupain begitu aja. Yuk sama-sama belajar berdamai

    BalasHapus
  6. Ada kemarahan terpendam?
    Atau biasalah hormat orang lebih tua dan orang tidak dikenali.

    BalasHapus
  7. Wajar, Mas.. Apalagi pernah ada trauma mendalam.. Tapi mudah2an luka hatinya cepat sembuh, dan pelan2 bisa menjadi diri sendiri. Ikuti apa kata hati, gak perlu takut dengan anggapan orang lain selama kita gak merugikan mereka.. Semangat Mas Arief!!

    BalasHapus
  8. sepertinya memang tidak semua hal bisa dijelaskan dengan kata-kata, karena saya sendiri membaca 2x tulisan inibaru merasa sedikit mengerti, itupun hanya perasaan saya yang mengerti, dan saya tidak yakin apakah saya benar-benar mengerti apa yang penulis tuangkan dalam tulisan ini.
    |hanya memang terkadang kita harus menyesuaikan dengan lingkungan sekitar dalam batas yang sesuai.

    BalasHapus
  9. kayaknya tiap manusia emang punya banyak sisi kak.tinggal kita memilah yang terbaik..yang kita jadikan dominan aja yaaa.semoga sih, kehadiran kita berarti..

    BalasHapus
  10. manusia memangmemiliki banyak warna atau sisi yang ditunjukan ke orang-orang.

    BalasHapus
  11. Sebenarnya ada kemiripan sama kepribadianku, mas.
    Berangkat dari pengalaman pernah mengalami beberapakali kekecewan, jadinya aku 'pandai' jadi bunglon .., bisa terlihat ketawa ketiwi di depan orang atau juga di komentar, tapi sebenarnya sepi .., jiaah baru kali ini aku bikin pengakuan jujur tentang diriku 🤭.

    BalasHapus
  12. Emang kalau lagi bersama orang biasanya kita mau tidak mau menyesuaikan dengan orang tersebut, tapi biasanya kalau udah cocok ya udah enak sih, udah saling nyaman dengan sikapnya masing-masing.. Biasanya hal dari diri kita yang asing karena bertemu dengan orang baru dan tidak kenal, atau orang yang memang harus dihormati.. Tapi kalau udah lama kenal mah udah kek sahabat sendiri anyin anyinkan :V

    BalasHapus
  13. Ini ngingatin saya dengan youtuber komedi mas. Dia cerita kalau sama orang baru dikenal, mode kalemnya muncul padahal dia ingin menunjukkan dirinya seperti biasanya.

    Tapi untuk cerita mas, saya baru bisa membaca. Mungkin kedepannya baru tahu saya maksudnya

    BalasHapus
  14. di satu waktu aku pernah dalam posisi seperti ini juga. Mungkin aku bilang wajar juga ya sebagai manusia ada kalanya "bimbang" menentukan jati diri, apalagi kalau mungkin pernah "trauma" akan keadaan masa lalu
    dan yang paling tau yang terbaik buat kita adalah diri sendiri

    BalasHapus
  15. Aga mirip ceritanya sama saia. Dulu gitu, dikhianatin sama temen yang kuanggap baik. Sejak saat itu, ya berubahlah cara saia berpikir, kalo ga semua orang di dunia ini baik :v.
    Tapi, semua ada faedahnya. Ya... itu tadi, perspektif baru kebuka.

    BalasHapus
  16. kalau soal bicara umpatan ke teman biasanya bukan bermaksud mengumpat sih, lebih ke udah biasa karena sama teman, biasanya teman deket. cuma ya dilihat orang kurang enak karena orang lain gak tahu kita udah sedekat apa

    BalasHapus
  17. Kalau aku sih mengistilahkannya kayak baju

    Baju mana yang mau ditunjukkan? Kepada siapa?

    Misal, ke keluarga kaos aja bisa
    Ke rekan kerja mesti kemeja formal
    Ke kondangan mesti suit

    Gitu gitu

    Hopefully everything is gonna be okay yaww

    BalasHapus
  18. itu artinya bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya.. selama hal itu gak membuat org lain tersinggung ataupun melukai org lain, saya pikir sah2 aja. Tapi ada kalanya, menurut kita bnr, menurut org lain salah, jd lbh baik teliti dulu karakter lawan bicara kita.

    BalasHapus
  19. sepertinya aku juga sering seperti itu mas.. sikap ku antara orang satu dengan yang lainnya beda..

    BalasHapus
  20. Setiap orang sepertinya mempunyai "wajah" yang dia akan tunjukkan tergantung dimana dia berada. Kalau tidak salah saya pernah baca artikel yang membahas "wajah" tersebut. Tapi maaf saya lupa judul artikelnya

    BalasHapus
  21. Mendeteksi warna diri cukup dengan mengingatkan dengan sifat yang mana anda kebanyakan bersikap

    BalasHapus
  22. Halo hai Kak, apa yang kamu tulis mewakiliku juga. Aku juga merasakan hal itu dan aku lebih nggak bisa menjelaskan isi kepalaku ke dalam bentuk tulisan. Aku cenderung menulis hal-hal yang "jelas" seperti rencanaku, bukan isi kepalaku yang campur aduk tidak jelas.
    Tapi, aku mengerti tentang bagaimana aku bersikap di hadapan orang-orang tertentu, seperti bagaimana aku bersikap di depan orang tuaku, kakakku, adikku, atau sahabat, bahkan mungkin siapa saja yang aku temui.

    BalasHapus
  23. setiap orang itu kepribadiannya uni dan beda-beda, gak bisa dijelaskan cuma dengan satu kata aja. Yang menjadikan kamu itu "kamu" mungkin perpaduan sopan, suka-suka dan unik itu. Kalau sifat orang sama semua dunia ini bakal jadi bosenin hehee

    BalasHapus
  24. jika kita dimarahi dan dimaki seperti gambar di atas itu, sebagai orang yang normal ya pasti marah besar mas boz
    sabar saja sebisa mungkin
    pasti semua ada hikmahnya

    BalasHapus
  25. Kalau menurut aku wajar mas, apalagi kalau pas ada masalah, kita ga perlu crita ke semua orang kan, misal ada masalah sama teman, tetaplah berwarna hijau sama orang tua, ga perlu berubah.

    Akupun kadang kaya gitu, sama si A gini, sama si B gitu, kita kadang ga bisa menyamaratakan sikap kita ke semua orang.

    BalasHapus
  26. Justru sifat kemanusiawian itu menunjukkan kalau kita masih manusia yang normal. Kadang baik, kadang jahat. Walaupun kejahatan itu hanya di dalam hati, hehehe. Jadi buat saya bebas saja bersikap seperti bunglon asal tidak merugikan dan mengecewakan orang lain.

    BalasHapus
  27. Lingkungan emang sangat berpengaruh ama kepribadian kita Mas.
    Sehingga banyak orang berusaha membuat imejnya sesuai ama lingkungannya saat itu agar bisa diterima. Karena biar gimana pun, manusia itu ingin eksistensinya disadari dan diterima oleh orang-orang disekitarnya.

    BalasHapus
  28. saya pun pernah alami sittuasi seperti ini. apa yang dilakukan adalah hanya mampu bersabar..

    BalasHapus
  29. Kurasa tiap manusia memang begitu kang, itu yang disebut manusiawi. Aku juga pernah merasakan kondisi seperti itu.

    BalasHapus
  30. menurutku bukan karena nggak punya warna Arif tapi itulah adab dan sopan santun
    kita nggak perlu merasa malu oleh itu malah nilai plus
    yang perlu diganti warna sama orang yang jahatin kita aja kali ya

    BalasHapus
  31. Bukannya kita emg harus bisa menempatkan warna kita sesuai sikon ya #eh

    BalasHapus
  32. Rasanya hampir sama semua, saya pun seperti itu dan pertanyaan yang sama juga saya ajukan pada diri saya sendiri, sebenarnya yang mana?

    Tapi pada akhirnya, ya inilah saya ...
    Apa yang tertulis dari catatan³ seseorang setidaknya bisa menggambarkan bagaimana seseorang itu, meski itu hanya sekedar sampling saja.

    BalasHapus